Harga Kelapa di Kawasan Cepu Raya Tembus Rp35 Ribu

Para wanita berkebaya memilih kelapa di Pasar Tradisional Sido Makmur, Blora, menjelang perayaan Lebaran Ketupat 2025. Kelapa menjadi bahan utama untuk hidangan khas seperti sayur opor dan lepet

Harga kelapa di Pasar Tradisional Sido Makmur, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, melonjak drastis hingga Rp35.000 per buah menjelang tradisi Lebaran Ketupat 2025. Kenaikan ini terjadi karena pasokan lokal menurun akibat serangan hama ‘kuwawung’ yang sejak tahun 1990 merusak pohon kelapa di wilayah Cepu Raya. Kelangkaan produksi lokal membuat Blora bergantung pada pasokan kelapa dari luar daerah seperti Bali, Ciamis, dan Kebumen.

Lonjakan Harga Jelang Tradisi Tahunan

Tradisi Lebaran Ketupat atau biasa disebut ba’da kupat yang dirayakan seminggu setelah Idulfitri, menjadi momen penting bagi masyarakat Blora. Kebutuhan bahan makanan meningkat, termasuk kelapa sebagai bahan utama santan dan pelengkap aneka makanan khas seperti ketupat, lepet, dan sayur opor.

“Menjelang Lebaran Ketupat, harga kelapa ngaleh rego (pindah harga),” kata Gunarti, salah seorang pedagang kelapa di Pasar Sido Makmur, Jumat (4/4/2025).

Ia menjelaskan bahwa harga kelapa ukuran sedang mencapai Rp25.000 per buah, sedangkan kelapa besar atau pilihan mencapai Rp35.000. Gunarti mengaku memperoleh pasokan dari luar Blora karena ketiadaan pasokan lokal yang memadai.

Ketergantungan Pasokan Luar Daerah

Senada dengan Gunarti, Siti Zulaeha, pedagang kelapa lainnya di pasar yang sama mengatakan bahwa kenaikan harga kelapa sudah menjadi rutinitas tahunan.

“Ya biasa, harga lebaran, kelapa naik. Alhamdulillah, masih ada yang membelinya,” ujar Siti.

Ia juga menyediakan jasa parut kelapa dengan mesin untuk memudahkan pembeli. Menurutnya, meskipun mahal, kelapa tetap dicari warga karena menjadi bahan penting dalam masakan Lebaran Ketupat.

Konsumen Tetap Beli Meski Harga Tinggi

Salah satu konsumen, Rahayu, menyebutkan bahwa kelapa tetap dibutuhkan untuk membuat santan sebagai kuah sayur pelengkap ketupat.

“Mahal ya tetap dibeli. Santan kelapa dibuat kuah sayur untuk makan ketupat. Sebagian lagi parutan kelapanya untuk campuran membuat lepet. Tapi ya tidak buat banyak, cukup untuk keluarga saja,” ungkapnya.

Kerusakan Lahan Kelapa Akibat Hama Kuwawung

Sejak tahun 1990, wilayah Cepu Raya yang meliputi Kecamatan Cepu, Sambong, dan Kedungtuban mengalami kerusakan besar-besaran pada pohon kelapa akibat serangan hama kuwawung, serangga pemakan bonggol kelapa muda. Sejak itu, hampir tidak ditemukan lagi pohon kelapa tinggi yang produktif di wilayah tersebut.

Menurut sejumlah sumber, serangan kuwawung menyebabkan pohon kelapa rusak, berindil (bercabang tak produktif), dan akhirnya mati. Kondisi ini membuat Blora kekurangan pasokan kelapa lokal dan bergantung pada suplai dari luar kota.

Upaya Pemerintah Mengatasi Krisis Kelapa

Pemerintah Kabupaten Blora melalui dinas terkait telah melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi persoalan ini, termasuk memberikan bantuan bibit kelapa kepada masyarakat dan melakukan replanting atau penanaman ulang.

Namun, hasilnya belum signifikan karena proses pertumbuhan kelapa memerlukan waktu bertahun-tahun hingga bisa dipanen secara optimal.

Solusi dan Harapan ke Depan

Untuk mengurangi ketergantungan dari luar daerah, solusi jangka panjang seperti pengendalian hama secara terpadu, pelatihan petani kelapa, dan pengembangan kebun kelapa berbasis komunitas di Blora perlu segera dijalankan.

Dengan dukungan kebijakan pemerintah, kerja sama masyarakat, serta perbaikan ekosistem pertanian lokal, diharapkan Blora ke depan bisa kembali swasembada kelapa dan menstabilkan harga di pasar.

Pentingnya Pasokan Pangan Lokal

Lonjakan harga kelapa menjelang Lebaran Ketupat 2025 menjadi cerminan betapa pentingnya keberlanjutan pasokan pangan lokal. Dengan terus berupaya memulihkan produksi kelapa di Blora dan mengendalikan serangan hama, diharapkan tradisi kuliner seperti Lebaran Ketupat tetap bisa dirayakan tanpa terbebani kenaikan harga bahan pokok.