Gerakan UMKM Berbasis Toponimi Desa di Kawasan Cepuraya

Diferensiasi produk UMKM untuk Kawasan Industri Cepuraya dapat didasarkan dari Toponimi masing-masing dukuhan maupun desa

Kawasan Cepuraya, yang meliputi Kecamatan Sambong, Cepu, dan Kedungtuban di Kabupaten Blora, memiliki kekayaan potensi lokal yang belum sepenuhnya tergali. Di tengah arus globalisasi dan persaingan pasar yang semakin ketat, penting bagi masyarakat Cepuraya untuk mengembangkan produk UMKM yang unik dan memiliki daya saing tinggi. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan memanfaatkan toponimi desa atau dukuhan sebagai dasar pengembangan produk UMKM.

Toponimi Desa, Identitas dan Potensi yang Terlupakan

Toponimi adalah studi tentang asal-usul dan makna nama tempat. Setiap desa atau dukuhan di Kawasan Cepuraya memiliki nama yang menyimpan sejarah, budaya, dan potensi alam yang khas. Misalnya, Desa Cabean yang berasal dari Cabe atau cabai rawit berwarna merah, Desa Giyanti yang berasal dari kata Jayanti yang berarti tanaman hias, atau Kelurahan Karangboyo berasal dari banyaknya hewan buaya yang pada masa lalu banyak hidup di area rawa-rawa tempat tersebut.

Potensi toponimi ini dapat dimanfaatkan untuk menciptakan produk UMKM yang memiliki identitas kuat dan berbeda dari produk lain. Misalnya, produk kerajinan kayu lo dari Kelurahan Ngelo, produk air minum kemasan dari Desa Sumberpitu, atau produk olahan jajanan jipang beras untuk Desa Jipang.

Usulan untuk Desa Cabean Kecamatan Cepu Kawasan Cepuraya Kabupaten Blora adalah dengan pengembangan produk sambal


Manfaat Pengembangan UMKM Berbasis Toponimi Desa

Pengembangan UMKM berbasis toponimi desa akan memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat dan pemerintah daerah, antara lain:

  1. Peningkatan Nilai Tambah Produk
    Produk UMKM yang memiliki identitas khas akan memiliki nilai tambah yang lebih tinggi di pasaran.
  2. Penciptaan Lapangan Kerja
    Pengembangan UMKM akan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat, terutama generasi muda.
  3. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
    Dengan meningkatnya nilai tambah produk dan penciptaan lapangan kerja, pendapatan masyarakat akan meningkat.
  4. Pelestarian Budaya dan Sejarah Lokal
    Pengembangan produk UMKM berbasis toponimi desa akan membantu melestarikan budaya dan sejarah lokal yang terkandung dalam nama-nama tempat.
  5. Penguatan Identitas Daerah
    Produk UMKM yang unik akan menjadi identitas khas daerah Cepuraya, yang membedakannya dari daerah lain.
  6. Diferensiasi Produk
    Dengan mengangkat produk dari masing-masing desa, maka produk akan lebih bervariasi dan mempermudah pedagang atau pembeli dalam mendapatkan produk spesifik yang diinginkan.

Peran Pemerintah Desa, Kecamatan, dan Pemkab Blora

Untuk mewujudkan gerakan UMKM berbasis toponimi desa, dibutuhkan peran aktif dari pemerintah desa, kecamatan, dan Pemkab Blora. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

Pemerintah Desa:

  • Mengidentifikasi dan mendokumentasikan potensi toponimi desa.
  • Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat dalam pengembangan produk UMKM berbasis toponimi desa.
  • Memfasilitasi pemasaran produk UMKM melalui berbagai saluran, seperti pasar desa, pameran, dan platform digital.
  • Mengalokasikan anggaran untuk pengembangan UMKM berbasis toponimi desa.

Pemerintah Kecamatan:

  • Mengkoordinasikan program pengembangan UMKM berbasis toponimi desa di tingkat kecamatan.
  • Memfasilitasi kerja sama antar desa dalam pengembangan UMKM.
  • Memberikan dukungan teknis dan pendanaan kepada pemerintah desa.

Pemkab Blora (Dindagkop UMKM):

  • Menyusun kebijakan dan program pengembangan UMKM berbasis toponimi desa di tingkat kabupaten.
  • Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku UMKM dalam hal produksi, pemasaran, dan manajemen usaha.
  • Memfasilitasi akses permodalan bagi pelaku UMKM.
  • Mempromosikan produk UMKM khas Cepuraya di tingkat regional, nasional, dan internasional.

Usulan untuk Produk UMKM Desa Brabowan paling mudah adalah ditempatkan di dukuh Kaliareng sebagai sentra kerajinan arang

Contoh Implementasi

Berikut adalah beberapa contoh implementasi pengembangan UMKM berbasis toponimi desa di Kawasan Cepuraya:

Desa Cabean:

  • Nama "Cabean" yang berasal dari kata "cabe merah" dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan produk sambal dengan berbagai varian rasa dan tingkat kepedasan.
  • Pengemasan produk sambal dapat dibuat dengan desain yang modern dan menarik, sehingga memiliki daya tarik bagi konsumen muda.
  • Pemasaran produk sambal dapat dilakukan melalui berbagai saluran, seperti pasar tradisional, toko oleh-oleh, dan platform digital.

Dukuhan Kaliareng, Desa Brabowan:

  • Dukuhan Kaliareng dapat dijadikan sebagai sentra produksi arang atau briket, baik dari ranting pohon jati, bonggol jagung, maupun sekam padi.
  • Produksi arang atau briket dapat dilakukan dengan teknologi yang ramah lingkungan, sehingga menghasilkan produk yang berkualitas dan berkelanjutan.
  • Pemasaran produk arang atau briket dapat dilakukan melalui kerja sama dengan industri kuliner, rumah tangga, dan ekspor.

Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungtuban:

  • Karena nama "Sidorejo" tidak berasal dari benda tertentu, desa ini dapat dijadikan sebagai pusat pemasaran segala produk UMKM yang dikumpulkan dari desa-desa lain di Kecamatan Kedungtuban.
  • Alternatif lain, dapat dilakukan penggalian sejarah atau legenda desa untuk menemukan barang atau jasa yang legendaris. Barang atau jasa tersebut kemudian dapat dikembangkan sebagai sentra produk atau jasa khas Desa Sidorejo.
  • Contohnya, jika terdapat pengrajin batik dengan motif legenda desa yang terkenal, maka dapat dibuat sentra batik khas desa Sidorejo.

Produk UMKM yang telah dibuat perlu strategi pemasaran yang baik

Dukungan dari Berbagai Pihak

Gerakan UMKM berbasis toponimi desa ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, antara lain:

  • Akademisi
    Perguruan tinggi dapat memberikan dukungan dalam bentuk penelitian, pengembangan produk, dan pelatihan.
  • Swasta
    Perusahaan swasta dapat memberikan dukungan dalam bentuk pendanaan, pemasaran, dan pengembangan jaringan distribusi.
  • Media
    Media massa dapat membantu mempromosikan produk UMKM khas Cepuraya kepada masyarakat luas.
  • Masyarakat
    Masyarakat dapat mendukung gerakan ini dengan membeli dan menggunakan produk UMKM lokal.

Kesimpulan

Pengembangan UMKM berbasis toponimi desa adalah langkah strategis untuk membangun kemandirian ekonomi masyarakat Kawasan Cepuraya. Dengan memanfaatkan potensi lokal yang unik, masyarakat dapat menciptakan produk UMKM yang memiliki daya saing tinggi dan memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan budaya.

Pemerintah desa, kecamatan, dan Pemkab Blora perlu bersinergi untuk mewujudkan gerakan ini. Dukungan dari berbagai pihak juga sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil yang optimal. Mari kita bersama-sama menggali potensi lokal, membangun kemandirian ekonomi, dan melestarikan budaya dan sejarah Kawasan Cepuraya.